Refleksi pertama kuliah filsafat ilmu bersama Prof. Marsigit
Berikut ini merupakan
refleksi dari perkuliahan pertama dari mata kuliah filsafat ilmu oleh Prof. Dr.
Marsigit, M. A pada hari selasa 5 September 2017 jam 15.30 sampai dengan 17.10
di gedung sangat baru lantai 6 Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta
prodi Pendidikan Matematika. Sebelum memulai materi perkuliahan, pertemuan
pertama diisi dengan perkenalan dan pengantar perkuliahan filsafat ilmu yang
selama ini secara pribadi saya belum pernah memperoleh pada perkuliahan saat
masih S1.
Pak Marsigit menyampaikan
beberapa hal yaitu tentang pandangan spiritual dalam filsafat dan bentuk ikhtiar
bagaimana orang berfilsafat itu berkomunikasi menggunakan bahasa awam untuk
menjangkau area-area yang transenden. Beliau menjelaskan bahwa kita tidak perlu
resah jika kita mengalami kebingungan-kebingungan. Karena jika kita mengalami
kebingungan berarti kita sudah mulai berfilsafat. Bingung dalam pikiran berarti
tandanya ingin mencari ilmu dan ingin membangun ilmu, tetapi jangan sekali-kali
bingung di dalam hati. Karena jika masih bingung di dalam hati berati jiwanya
belum matang. Pak Marsigit menyampaikan
segala sesuatu itu mempunyai landasan dan arah. Misalnya gedung, gedung itu
mempunyai landasan yaitu pondasi. Mobil juga mempunyai landasan yaitu roda.
Kita juga mempunyai landasan yaitu kaki. Begitu juga dengan filsafat, filsafat
pun juga mempunyai landasan yaitu paradigma. Paradigmanya yaitu membangun
apapun yang bersifat baik dan positif. Membangun dalam arti seluas-luasnya dan
sedalam-dalamnya. Karena sifat filsafat intensif luas dan dalam. Pak Marsigit
juga menyampaikan bahwa berfilsafat itu berarti menaikkan dimensi hidup dari
yang tidak tahu menjadi tahu. Dari yang tak terpikirkan menjadi terpikirkan.
Jadi paradigmanya
perkuliahan filsafat ilmu ini membangun atau construct. Maksudnya kami mahasiswa diharapkan dapat membangun
pengetahuannya sendiri. Peran dosen hanya
sebagai fasilitator. Pak Marsigit juga sudah menyiapkan banyak tulisan yang
sudah di posting di blog beliau yaitu www.powermathematics.blogspot.com. Karena
paradigma membangun tadi, kami diharapkan membangun pengetahuan filsafat
masing-masing dengan membaca blog sebagai bahan bacaan. Karena
setinggi-tingginya berpikir, pikiran tertinggi adalah merefleksikan apa yang
telah dibaca, manusia memiliki kelebihan merefleksikan apa yang dibacanya.
Setelah membaca tulisan yang ada di blog beliau, kami wajib untuk merefleksikan
tulisan beliau dalam bentuk komentar.Beliau juga menyampaikan bahwa belajar
filsafat itu harus Ikhlas pikir dan ikhlas hati. Ikhlas pikir maksudnya paham atau mengerti
dengan apa yang dipelajari. Ikhlas hati maksudnya mempelajari dengan senang,
tawakal, istiqamah, tuma’ninah. Kemudian ada mahasiswa yang bertanya “Bagaiama menselaraskan
antara aktivitas di lapangan supaya
sesuai dengan yang kita pikirkan?” Kemudian Pak Marsigit menjawab “Jalani,
pikirkan dan doakan.” Maksudnya yaitu jalanilah yang kita pikirkan dan pikirkanlah
yang kita jalani. Dan keduanya harus dikerangkai dengan doa. Misalnya saja jika kuliah itu hanya
dipikirkan, akan membuat diri kita menjadi stress. Oleh karena itu semua harus
dikerjakan, jalani , dan jangan lupa untuk selalu berdoa.Jadi filsafat itu olah
pikir dan olah hati. Kita mengolah pikir kita dari yang tidak tahu menjadi
tahu. Dari yang tidak terpikirkan menjadi terpikirkan. Tetapi pikiran kita itu
bersifat terbatas. Hal ini disebabkan karena manusia itu berdimensi dan karena
filsafat itu sangat peka terhadap ruang dan waktu. Namun sejauh kita berpikir,
kita harus menetapkan hati sebagai komandan dalam berfilsafat. Tetapkanlah Hati
agar hidup aman, tentram dan damai
Komentar
Posting Komentar