Filsafat Bagi Kehidupan
Berikut
ini merupakan refleksi tentang pengalaman saya mengikuti perkuliahan filsafat
ilmu pada semester 1 bersama Prof. Dr. Marsigit, M. A. Banyak sekali ilmu yang
saya peroleh selama mengikuti perkuliahan filsafat ilmu. Semua hal yang tidak
terpikirkan bagi saya menjadi sesuatu yang penting dan harus diperhatikan. Saya
semakin meyadari bahwa ilmu saya yang sekarang hanyalah setetes air di lautan.
Dengan mengikuti perkuliahan ini, ternyata masih banyak sekali hal yang belum
saya ketahui. Maka tidak sepantasnya kita sebagai manusia menyombongkan diri
dengan apa yang kita miliki. Menyombongkan diri merupakan contoh dari perilaku
yang menunjukan bahwa orang tersebut belum ikhlas ketika ia mencari ilmu maupun
ketika mendapatkan ilmunya. Yang ia inginkan hanyalah sebatas pujian dari
sesamanya atas apa yang ia raih, namun hal inilah yang justru akan membuatnya
semakin dipandang rendah dan Allah SWT pun tidak menyukainya. Saya juga
menyadari bahwa semakin kita belajar semakin banyaklah yang kita tidak ketahui.
Karena pada dasarnya objek filsafat itu yang ada dan yang mungkin ada. Dimana
kita harus mengubah sesuatu yang mungkin ada itu menjadi ada di pikiran kita.
Dan itu merupakanh suatu hal yang tidak mudah. Perlu usaha keras dan dengan
niat yang ikhlas untuk menjadikan sesuatu yang mungkin ada itu menjadi ada.
Saya ingat sekali dengan kata-kata Prof. Dr. Marsigit yang mengatakan “Untuk
menjalani hidup ini, sebaiknya jalani apa yang engkau pikirkan dan pikirkanlah
yang engkau jalani dan dikerangkai dengan doa”. Agar kita dapat menjalani
kehidupan ini, kita sebaiknya selalu berpikir dan belajar. Selama berpikir dan
belajar pasti akan banyak menemukan kebingungan. Tetapi bingung dalam pikiran
merupakan hal yang sangat wajar. Tetapi jangan sekali-kali kita bingung di
dalam hati karena apabila kita bingung di dalam hati , semua akan menjadi
kacau. Oleh karena itu, dalam berfilsafat agar kita tidak bingung dalam hati
kita harus selalu mengingat Allah. Begitu juga dalam menjalani hidup ini kita
sebaiknya selalu berdoa dan mengingat Allah.
Filsafat
itu merupakan cara kita dalam berpikir yang bersifat menyeluruh. Di dunia ini
banyak tata cara bagaimana melakukan suatu hal. Seperti saat mempelajari
filsafat ini, terdapat tata cara dalam mempelajari filsafat yaitu dengan
menanamkan keikhlasan dan niat dalam mempelajarinya, serta dengan
informasitentang filsafat yang kuat . Memang tidak mudah untuk mencapai titik
keikhlasan yang tulus. Sehingga banyak tulisan Prof. Dr. Marsigit di blog
beliau yang membahas elegi tentang keihklasan. Menurut saya, yang dinamakan
ikhlas itu datangnya dari hati , ketika kita berorientasi hanya pada Allah SWT
, tidak melakukan sesuatu demi kepentingan dunia, menolong orang bukan karena
ingin dipuji, memberikan sedekah bukan karena ingin dianggap baik di mata
manusia. Bahwasannya keikhlasan ini begitu mulia begitu murni adanya, sehingga
jika kita melakukan sesuatu didasari dengan rasa ikhlas, maka akan menimbulkan
ketenangan dan rasa penuh berkah. Oleh karena itu ketika kita melakukan hal
yang baik, seharusnya tidak mengharapkan imbalan apapun. Kemudain
dengan filsafat pola pikir pada diri akan menjadi berkembang dan luas, sehingga
untuk mengetahui mempelajari filsafat secara lebih kita perlu mengimbangi
dengan spiritual. Jadi sejauh-jauh kita befilsafat, jangan sampai meninggalkan
spiritual. Selama saya belajar filsafat ilmu, saya menjadi biasa dengan
kebingungan-kebingungan. Tetapi mebiasakan diri dengan kebingunan itulah saya
dapat mengatasi kebingungan saya. Kebingungan bukan menjadi problemnya
melainkan jawaban-jawaban yang akan memunculkan problem problem baru tersebut.
Menurut saya ini adalah suatu proses yang tiada akhir. Jadi
pertanyaan-pertanyaan yang akan mucul tidak sepenuhnya akan terjawab, seperti
mendekati tapi tidak akan pernah sampai.
Pada
refleksi kali ini, ketidaktahuan sebenarnya hal yang wajar, bisa dikatakan
ketidaktahuan merupakan bagian dari pengetahuan karena dari ketidaktahuan akan
lahir pengetahuan-pengetahuan baru yang nantinya akan memunculkan suatu
pencerahan. Pencerahan akan datang dari ketidaktahuan. Asalkan diri kita sadar
dengan ketidaktahuan kita. Sehingga nantinya kita dapat mencari
pengetahuan-pengetahuan untuk mengatasi
ketidaktahuan tersebut. Semakin banyak yang ingin kita ketahui akan semakin
banyak pertanyaan-pertanyaan ketidaktahuan yang akan muncul. Sehingga kita
mempunyai sifat rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu muncul karena kita yang selalu
berpikir. Dari rasa ingin tahu akan dapat memecahkan setiap permasalahan yang
ada. Dengan bekal rasa ingin tahu juga kita dapat mengerti tentang diri sendiri
dan mengetahui tentang suatu kebenaran. Karena sesorang yang selalu ingin tahu
akan menggunakan pikirannya untuk mencari kebeneran kebeneran sesuatu yang
mereka pertanyakan. Kita
juga harus menyadari bahwa setiap orang itu berbeda beda. Berbeda sifatnya,
karakternya, pandangannya, pendapatnya. Semuanya mempunyai perbedaan bahkan
sekecil ataupun yang tak telihat sekalipun. Tetapi tidak ada yang salah dengan
perbedaan. Setiap orang berhak untuk berbeda dalam hal apa saja. Setiap orang
memiliki cara berpikir masing-masing, sehingga dengan demikian memiliki cara
pandang yang berbeda. Perbedaan adalah sesuatu yang harus disyukuri. Perbedaan
bukanlah alasan bagi kita untuk saling menyalahkan. Perbedaan juga bukan alasan
kita untuk merasa lebih hebat dari orang lain. Kita berbeda, bukan karena kita
lebih hebat dan orang lain tidak. Perbedaan justru menjadi jembatan untuk
membangun saling pengertian antara kita untuk saling melengkapi.
Komentar
Posting Komentar